MATERI PRESENTASI
Materi
presentasi rencana pembentukan DTW Kawasan Pura Luhur Pucak Padang Dawa
meliputi 2 aspek antara lain :
1. Giografis
Dari segi giografis kawasan Pura Luhur Pucak Padang Dawa
bertepatan lokasinya di tengah-tengah Pulau Bali berada di Desa Bangli, Kecamatan
Baturiti, Kabupaten Tabanan, 850 di atas permukaan laut.
Pura ini jaraknya 3.000 meter masuk ke barat dari jalan jurusan
Denpasar Singaraja melalui jalan jurusan Baturiti Desa Bangli - Desa Angseri,
titik kordinat -8.356251,115.168704. Pura ini memiliki tempat parkir memadai luasnya
berkisar 2,4 ha, segala imprastrukturnya mendukung dan panoramanya indah, sejuk
berada jauh dari pemukiman, dapat melihat deretan 4 gunung diantaranya gunung
batukaru gunung pucuk gunung adeng dan gunung pohen kalau menghadap ke barat
laut, kalau menghadap ke timur dapat melihat keindahan gunung agung dan
beberapa gunung disekitarnya. Kalau menghadap ke selatan dapat melihat
keindahan perkotaan dan pantai. Elokan lembah pohon hijau dan terasering sawah menghiasi
disekitarnya menjadikan tempat ini sering dipergunakan tempat kemah dan
kegiatan lain oleh kalangan tertentu.
2.
Religius
Mitologi atau asal usulnya Pura Luhur Pucak Padang Dawa dapat
dibaca melalui 2 persi sumber dari :
a.
Babad Pucak Mundi Nusa Penida
Secara singkat dapat kami
uraikan disini adalah tampak tilas Ida Ratu Sakti dari Dalem Majelangu bersama
istrinya Ida Ratu Ayu Mas Mecaling datang ke Nusa Penida untuk membangun
pesraman di Pucak Mundi dan Munduk Bias, kemudian tidak berselang lama melakukan
perjalanan suci ke Bali. Ketika melakukan meditasi di Pusering Tasik Marga
dilihat di pegunungan utara berupa kepulan asap menjulang tinggi ke langit,
akhirnya beliau memutuskan untuk menemukan tempat kepulan asap itu bahwa berada
di Pucak Padang Dawa sekarang. Untuk lengkapnya dapat dilihat di Web blogger http://padangdawa.blogspot.com
b.
Purana Kanda Dewa Bangsul
Di Purana ini diceritrakan
bahwa Ida Bhatara Siwa Pasupati mengutus kedua putranya yakni Putranjaya dan
Dewi Danuh untuk merubah benua ini agar menjadi bumi yang dapat dihuni oleh
manusia. Dimana benua Bali sebelum dihuni oleh manusia masih bernama Bangsul
dalam kondisi masih datar dan belum dilengkapi gunung, bukit, pucak, lembah dan
danau. Maka kedua putranya tidak berani menolak perintah ayahnya untuk
mengambil bongkahang gunung mahameru untuk terbang dan diputar ke kanan dan ke kiri
di atas benua Bangsul akhirnya jatuhlah serpihan bongkahang-bongkahang itu
menjadi beberapa gunung bukit dan pucak di benua ini dinataranya bernama Pucak
Padang Dawa. Sebuah nama Pura Luhur Pucak Padang Dawa sekarang namanya
mengikuti nama pucak yang sudah ada dari jaman penciptaan bumi ini. Untuk lebih
detailnya dapat dibaca di Web blogger http://padangdawa.blogspot.com.
Pucak Padang Dawa secara etimologi dapat diartikan sebagai
berikut : Pucak = tempat yang tinggi, Padang = galang, sinar, prabawa, percikan
dan Dawa = panjang dan luas sehingga Pucak Padang Dawa berarti tempat
diketinggian dapat memberikan sinar galang apadang ke segala penjuru.
Peristiwa ini pernah secara nyata terjadi asap mengepul 3 warna
mengepul ke angkasa disaksikan oleh banyak orang karena kebetulan bersamaan
dengan pelaksanaan pujawali ketika gempa bumi yang disebut gejer tahun 1917 dan
tahun 1976 pada waktu terjadi gempa yang menelan korban banyak di Seririt
Buleleng.
Pura Luhur Pucak Padang Dawa sebagai tempat bersetananya dan
memuja Ida Bhatara Siwa Pasupati (Sumber Purana Kanda Dewa Bangsul), sehingga
pura ini merupakan tempat mohon anugrah/pasupati Pralinggan/Tapakan Ida Bhatara
berupa barong dan seenisnya.
Ketika diselenggarakan Pujawali atau Piodalan yang dilaksanakan hari
Rabo Keliwon Pahang setiap 420 hari sekali maka barong yang mohon
anurgrah/Pasupati pasti datang/tangkil ke pura ini jumlahnya sampai puluhan dan
tercatat barong/sejenisnya yang sudah mohon anugrah/pasupati sebanyak 104
sehingga rata2 setiap diselenggarakan pujawali yang sudah berjalan di atas 50
barong. Terdapat di sejarah/purana jaraknya 500 meter ke utara dari pura ini
terdapat Tirta Sudhamala dalam keadaan belum dikelola dengan baik. Dapat
didepenisikan Tirta Sudhamala berasal dari kata Tirta = air suci, Sudhamala =
menghilangkan kekotoran/mala.
Pelaksanaan Pujawali di Pura Luhur Pucak Padang Dawa setiap Rabo
Keliwon Pahang, sebagai rangkaian upacara pada hari pujawali ini jam 15.00 Wita
dilaksanakan ritual mesucian/kebeji, semua barong atau pralingga tapakan ikut
dalam pelaksanaan ritual ini. Dan keesokan harinya Kamis Umanis Pahang
dilaksanakan ritual Murwa Daksina : biasanya dilaksanakan jam 10.00 sampai
12.00 wita. Keunikan ritual Murwa Daksina ini adalah semua pralingga/tapakan
yang datang ke pura ini mengikuti acara ini dengan beriringan mulai dari Penataran
Agung, Dalem Purwa, Puseh Agung dan Tegal Suci. Makna dari pelaksanaan ritual
Murwa Daksina ini adalah ucapan terima kasih…karena proses upacara sudah
berjalan secara lancar dan intinya sudah dapat mengikuti proses pujawali
(katuran piodalan) bersama.
Keunikan lain berupa penggunaan huruf Candra Sengkala di bagian
apit surang, dan ada juga tapak kaki kebo iwa di sebelah utara pelinggih.
Dengan adanya sedikit uraian tersebut di atas maka terdapat
indikator penting dan unik untuk menunjang pengadaan Daerah Tujuan Wisata (DTW)
antara lain :
1.
Pura Luhur Pucak Padang
Dawa memiliki sarana parkir yang cukup memadai dan didukung oleh imprastruktur lain
seperti air bersih termasuk penyediaan kamar mandi, listrik dan signal/jaringan
untuk melakukan kegiatan seperti kemah dan lain-lainnya.
2.
Jauh dari keramaian atau
pemukiman namun bersahabat dengan kawasan hijau, sejuk dan indah karena
disekitarnya terdapat terasering sawah di tepi-tepi sungai.
3.
Dapat melihat keindahan
barisan beberapa gunung bahkan pantaipun kelihatan kalau menghadap keselatan.
4.
Masyarakat sekitarnya yang
terdiri dari 6 Desa Pakraman sebagai pendukung kegiatan upacara di Pura Luhur
Pucak Padang Dawa masih kental dengan kearipan/budaya lokalnya.
5.
Pura ini adalah tempat
memuja manipestasi Tuhan Ida Bhatara Siwa Pasupati sehingga terkenal pura ini
tempat memohon anugrah atau kekuatan magis/kharisma pralingga/tapakan berupa
barong dan sejenisnya yang sampai saat ini sudah mencapai jumlah 104
pralingga/tapakan berupa barong dan sejenisnya mohon pasupati di pura ini
berasal dari 6 Kabupaten di Bali.
6.
Ketika diselenggarakan
pujawali yang pelaksanaannya setiap 420 hari sekali / Rabo Keliwon Pahang rata-rata
di atas 50 an pralingga/tapakan berupa barong datang untuk ikut melaksanakan
ritual ke pura ini. Dan jam 15.00 Wita waktu pelaksanaan pujawali / piodalan
(Buda Keliwon Pahang) dilaksanakan ritual mesucian di taman beji. Keesokan
harinya (Kamis Umanis Pahang) jam 10.00 – 12.00 Wita dilaksanakan ritual Murwa
Daksina.
7.
Di beberapa bagian
pelinggih masih menggunakan huruf candra sengkala dan terdapat juga tapak
tangan dan kaki kebo iwa.
8.
Tercantum pada purana,
Pura ini mempunyai Tirta Sudhamala yang kondisinya saat ini belum dikelola letaknya ± 500 meter di bagian sebelah utara pura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar