Minggu, 05 Maret 2017

Materi Presentasi




MATERI PRESENTASI

Materi presentasi rencana pembentukan DTW Kawasan Pura Luhur Pucak Padang Dawa meliputi 2 aspek antara lain :

1.       Giografis
Dari segi giografis kawasan Pura Luhur Pucak Padang Dawa bertepatan lokasinya di tengah-tengah Pulau Bali berada di Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, 850 di atas permukaan laut.
Pura ini jaraknya 3.000 meter masuk ke barat dari jalan jurusan Denpasar Singaraja melalui jalan jurusan Baturiti Desa Bangli - Desa Angseri, titik kordinat -8.356251,115.168704. Pura ini memiliki tempat parkir memadai luasnya berkisar 2,4 ha, segala imprastrukturnya mendukung dan panoramanya indah, sejuk berada jauh dari pemukiman, dapat melihat deretan 4 gunung diantaranya gunung batukaru gunung pucuk gunung adeng dan gunung pohen kalau menghadap ke barat laut, kalau menghadap ke timur dapat melihat keindahan gunung agung dan beberapa gunung disekitarnya. Kalau menghadap ke selatan dapat melihat keindahan perkotaan dan pantai. Elokan lembah pohon hijau dan terasering sawah menghiasi disekitarnya menjadikan tempat ini sering dipergunakan tempat kemah dan kegiatan lain oleh kalangan tertentu. 

2.        Religius
Mitologi atau asal usulnya Pura Luhur Pucak Padang Dawa dapat dibaca melalui 2 persi sumber dari  :
a.        Babad Pucak Mundi Nusa Penida
Secara singkat dapat kami uraikan disini adalah tampak tilas Ida Ratu Sakti dari Dalem Majelangu bersama istrinya Ida Ratu Ayu Mas Mecaling datang ke Nusa Penida untuk membangun pesraman di Pucak Mundi dan Munduk Bias, kemudian tidak berselang lama melakukan perjalanan suci ke Bali. Ketika melakukan meditasi di Pusering Tasik Marga dilihat di pegunungan utara berupa kepulan asap menjulang tinggi ke langit, akhirnya beliau memutuskan untuk menemukan tempat kepulan asap itu bahwa berada di Pucak Padang Dawa sekarang. Untuk lengkapnya dapat dilihat di Web blogger http://padangdawa.blogspot.com

b.        Purana Kanda Dewa Bangsul
Di Purana ini diceritrakan bahwa Ida Bhatara Siwa Pasupati mengutus kedua putranya yakni Putranjaya dan Dewi Danuh untuk merubah benua ini agar menjadi bumi yang dapat dihuni oleh manusia. Dimana benua Bali sebelum dihuni oleh manusia masih bernama Bangsul dalam kondisi masih datar dan belum dilengkapi gunung, bukit, pucak, lembah dan danau. Maka kedua putranya tidak berani menolak perintah ayahnya untuk mengambil bongkahang gunung mahameru untuk terbang dan diputar ke kanan dan ke kiri di atas benua Bangsul akhirnya jatuhlah serpihan bongkahang-bongkahang itu menjadi beberapa gunung bukit dan pucak di benua ini dinataranya bernama Pucak Padang Dawa. Sebuah nama Pura Luhur Pucak Padang Dawa sekarang namanya mengikuti nama pucak yang sudah ada dari jaman penciptaan bumi ini. Untuk lebih detailnya dapat dibaca di Web blogger http://padangdawa.blogspot.com.
  

Pucak Padang Dawa secara etimologi dapat diartikan sebagai berikut : Pucak = tempat yang tinggi, Padang = galang, sinar, prabawa, percikan dan Dawa = panjang dan luas sehingga Pucak Padang Dawa berarti tempat diketinggian dapat memberikan sinar galang apadang ke segala penjuru.

Peristiwa ini pernah secara nyata terjadi asap mengepul 3 warna mengepul ke angkasa disaksikan oleh banyak orang karena kebetulan bersamaan dengan pelaksanaan pujawali ketika gempa bumi yang disebut gejer tahun 1917 dan tahun 1976 pada waktu terjadi gempa yang menelan korban banyak di Seririt Buleleng.

Pura Luhur Pucak Padang Dawa sebagai tempat bersetananya dan memuja Ida Bhatara Siwa Pasupati (Sumber Purana Kanda Dewa Bangsul), sehingga pura ini merupakan tempat mohon anugrah/pasupati Pralinggan/Tapakan Ida Bhatara berupa barong dan seenisnya.
Ketika diselenggarakan Pujawali atau Piodalan yang dilaksanakan hari Rabo Keliwon Pahang setiap 420 hari sekali maka barong yang mohon anurgrah/Pasupati pasti datang/tangkil ke pura ini jumlahnya sampai puluhan dan tercatat barong/sejenisnya yang sudah mohon anugrah/pasupati sebanyak 104 sehingga rata2 setiap diselenggarakan pujawali yang sudah berjalan di atas 50 barong. Terdapat di sejarah/purana jaraknya 500 meter ke utara dari pura ini terdapat Tirta Sudhamala dalam keadaan belum dikelola dengan baik. Dapat didepenisikan Tirta Sudhamala berasal dari kata Tirta = air suci, Sudhamala = menghilangkan kekotoran/mala.

Pelaksanaan Pujawali di Pura Luhur Pucak Padang Dawa setiap Rabo Keliwon Pahang, sebagai rangkaian upacara pada hari pujawali ini jam 15.00 Wita dilaksanakan ritual mesucian/kebeji, semua barong atau pralingga tapakan ikut dalam pelaksanaan ritual ini. Dan keesokan harinya Kamis Umanis Pahang dilaksanakan ritual Murwa Daksina : biasanya dilaksanakan jam 10.00 sampai 12.00 wita. Keunikan ritual Murwa Daksina ini adalah semua pralingga/tapakan yang datang ke pura ini mengikuti acara ini dengan beriringan mulai dari Penataran Agung, Dalem Purwa, Puseh Agung dan Tegal Suci. Makna dari pelaksanaan ritual Murwa Daksina ini adalah ucapan terima kasih…karena proses upacara sudah berjalan secara lancar dan intinya sudah dapat mengikuti proses pujawali (katuran piodalan) bersama.

Keunikan lain berupa penggunaan huruf Candra Sengkala di bagian apit surang, dan ada juga tapak kaki kebo iwa di sebelah utara pelinggih.

Dengan adanya sedikit uraian tersebut di atas maka terdapat indikator penting dan unik untuk menunjang pengadaan Daerah Tujuan Wisata (DTW) antara lain :

1.        Pura Luhur Pucak Padang Dawa memiliki sarana parkir yang cukup memadai dan didukung oleh imprastruktur lain seperti air bersih termasuk penyediaan kamar mandi, listrik dan signal/jaringan untuk melakukan kegiatan seperti kemah dan lain-lainnya.

2.        Jauh dari keramaian atau pemukiman namun bersahabat dengan kawasan hijau, sejuk dan indah karena disekitarnya terdapat terasering sawah di tepi-tepi sungai.







3.        Dapat melihat keindahan barisan beberapa gunung bahkan pantaipun kelihatan kalau menghadap keselatan.

4.        Masyarakat sekitarnya yang terdiri dari 6 Desa Pakraman sebagai pendukung kegiatan upacara di Pura Luhur Pucak Padang Dawa masih kental dengan kearipan/budaya lokalnya.

5.        Pura ini adalah tempat memuja manipestasi Tuhan Ida Bhatara Siwa Pasupati sehingga terkenal pura ini tempat memohon anugrah atau kekuatan magis/kharisma pralingga/tapakan berupa barong dan sejenisnya yang sampai saat ini sudah mencapai jumlah 104 pralingga/tapakan berupa barong dan sejenisnya mohon pasupati di pura ini berasal dari 6 Kabupaten di Bali.

6.        Ketika diselenggarakan pujawali yang pelaksanaannya setiap 420 hari sekali / Rabo Keliwon Pahang rata-rata di atas 50 an pralingga/tapakan berupa barong datang untuk ikut melaksanakan ritual ke pura ini. Dan jam 15.00 Wita waktu pelaksanaan pujawali / piodalan (Buda Keliwon Pahang) dilaksanakan ritual mesucian di taman beji. Keesokan harinya (Kamis Umanis Pahang) jam 10.00 – 12.00 Wita dilaksanakan ritual Murwa Daksina.

7.        Di beberapa bagian pelinggih masih menggunakan huruf candra sengkala dan terdapat juga tapak tangan dan kaki kebo iwa.

8.        Tercantum pada purana, Pura ini mempunyai Tirta Sudhamala yang kondisinya saat ini belum dikelola letaknya  ± 500 meter di bagian sebelah utara pura.


Tidak ada komentar: