Jumat, 23 September 2016

Spesifik Pucak Padang Dawa





Om Awighnam Asthu Namo Sidham

                  Mitologi  :
                Di tengah-tengah hamparan Pulau Dewata ini, di Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, terkenal sebuah Pura yang sakral  pura ini adalah Pura Luhur Pucak Padang Dawa. Letaknya sangat strategis diujung lembah hijau dan penuh hembusan angin mendesir. Nama Pura Pucak Padang Dawa mengikuti nama tempat atau pucak.  Seiring dengan nama Padang Dawa secara etemologi leksikal dapat diartikan antara lain : Padang berarti galang, cahaya, sinar, bawa, dan percikan. Dawa berarti panjang, dan luas. Sehingga Pucak Padang Dawa dapat didepinisikan sebagai berikut : Pucak yang letaknya ditengah-tengah Pulau Dewata ini   mempunyai pancaran sinar suci Tuhan Hyang Maha Esa yang luas dan menjulang tinggi  di angkasa. Kejadian seperti itu juga pernah terbukti, dan disaksikan oleh banyak orang karena bersamaan dengan pelaksanaan pujawali dan gempa bumi tahun  1917 yang disebut dengan gejer dan tahun 1976 (Gempa Seririt)  terjadi asap mengepul menjulang tinggi kelangit dengan tiga warna.

               Mitologi Pura ini dapat dibaca pada Purananing Kanda Dewa Bangsul Sari Manik Pura Tuluk Biyu Kintamani Batur, bagian penting di ataranya sebagai berikut : menjelang tahun Caka 11 bertepatan pada Hari Kamis Keliwon Wara merakih Tilem ke Dasa ( Rah 1 tenggek 1 ) terciptalah beberapa bukit pucak dan gunung di Benoa Bangsul ini oleh kekuatan kedua Putra Hyang Siwa Pasupati yakni Ida Hyang Dewi Danuh bersama Putran Jaya yang memutar serpihan  Pucak Manik Gunung Semeru diantaranya adalah Gunung Tohlangkir, Gunung Batukaru,Gunung Masehi Gunung Silangjana Bukit Sangkur, Pucak Pengelengan, Pucak Padang Dawa yang letaknya secara giografis tepat ditengah-tengah Pulau Bali ini. Setelah terwujudnya kekuatan-kekuatan magisnya kedua putra Sanghyang Pasupati tersebut pernah terjadi tragedi yang sangat memperihatinkan di Benoa ini tertimpa oleh wabah penyakit yang disebabkan oleh kekuatan magis dari Durga Kala Jyoti Srana. Sehingga pada saat itulah  Bhatara Gede Sakti yang bersetana di Pucak Padang Dawa merasa kasihan melihat benoa beserta penghuninya tersiksa durjana kemelaratan, akhirnya beliau berkenan menyelamatakan dengan kekuatan batin atau jnananya dengan angarangsuk Buddha Berawa yang berwujud barong. Pada saat itu akhirnya Bhatara Gede Sakti bertemu dengan Hyang Welaka yang perawakannya hitam, rambutnya keriting berwarna merah, matanya besar dan melotot kemerahan, badanya besar dan tinggi dengan memakai senjata pedang dangastra. Hyang Wulaka tersebut menguwasai ilmu kediyatmikan, sakti dan mengusai segala jenis kesidimandian. Terhadap adanya kejadian tragis seperti itu maka para bala rencang Hyang Welaka semuanya nyeruti Rupa berubah wujud menjadi bermacam-macam barong diantaranya barong rentet, barong landung, barong bangkal,barong landung, barong naga dan lainnya bersama Bhatara Gede Sakti Ngawa Rat turun menyelamatkan bumi beserta isinya.

                Itulah sebabnya untuk di daerah Bali Tengahan pada umumnya pralingga-pralingga Bhatara Gede Sakti yang berupa barong datang ke Pura Pucak Padang Dawa untuk mendapatkan kekuatan magis serta kesidimandian  melalui memohon yasa kerti atau pasupati di pura tersebut. Oleh karena merupakan stana dari Bhatara Gede Sakti Ngawa Rat sumber dari segala jenis taksu, dewanya taksun balyan, balyan konteng, balyan ketakson, balyang engeng, dan dewanya taksu dari segala jenis taksun kesenian, topeng, baris, serta sumber dari ilmu usadha untuk wilayah Bali, (satungkebing hoyeng Bangsul).

                Desa Pakraman di Bali jika tertimpa oleh wabah penyakit yang bersumber dari kekuatan magisnya Durga Kala Jyoti Srana maka melalui nedunang tapakan atau  pralingga-pralingga Bhatara Gede Sakti yang bersetana di masing-masing penyiwian Bhatara Gede Sakti tedun di Catus Pata, umat menghaturkan laba serta upakara sesuai dengan kebiasaan Desa Pakraman setempat. Wabah penyakit akan bersipat netral dan kembali kepada asalnya.

                Demikian diataranya bagian yang penting kesidiadnyananing Bhatara Gede Sakti beserta para bala dan rencanganya yang bersetana Di  Pucak Padang Dawa.

                      Pujawali   :  
                 Pujawali di Pura Luhur Pucak Padang Dawa diselenggarakan setiap hari Rabo, Keliwon, Pahang selalu didatangi oleh ribuan umat dan puluhan barong bahkan sampai 104 barong dari 148 Desa Pekraman sedangkan umat yang datang pedek tangkil ke pura tersebut bukan hanya pada waktu pelaksanaan odalan/pujawali namun pada hari-hari penting seperti Keliwon, Purnama, Tilem dan lainnya.

                     Kepanitiaan    :
                Terselenggaranya pelaksanaan pembangunan di pura ini (sekala niskala) sangat didukung oleh pengayah yang bukan hanya berasal dari orang lokal disini namun dari jauh-jauh datang bertujuan bakti melarapan ngaturang ayah dan berdana punia untuk kepentingan pembangunan pelinggih, seperti misalnya terwujudnya pembangunan pelinggih-pelinggih dari empat pura yang ada yakni : Natar Agung, Dalem Purwa, Puseh Agung dan Tegal Suci sebagai pengabih Pura Luhur Pucak Padang Dawa secara berkelanjutan, dan  terselenggaranya dengan sukses pelaksanaan Karya Agung Mamungkah Ngenteg Linggih dan Panyegjeg Jagat 31 Oktober 2001, berkat dukungan umat hindu sedharma yang datang dari segala penjuru. Sesudah pelaksanaan karya Ngebek  tiga kali pelaksanaan pembangunan pisik Pura tersebut akan dilanjutkan lagi sesuai dengan tatanan Mendala berdasarkan sekala prioritas kerusakan.

Om Santih Santih Santih Om

Tidak ada komentar: